Kamis, 12 Mei 2011

3 Pilar Utama Filsafat “ Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi”

Ontologi merupakan teori hakikat, membicarakan apa pengetahuan itu sendiri. Hakikat didefinisikan realitas artinya kenyataan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara. Ontologi adalah analisis objek materi dari ilmu pengetahuan, mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Kronologi membicarakan hakikat asal, sedangkan antropologi membicarakan hakikat manusia dan lain-lain. Manusia hanya bisa berusaha mengetahui hakekat, kata-kata kita tidak bisa mengatakan hakekat yang sebenar-benarnya hakekat, kata-kata kita tidak bisa mengatakan hakekat yang sebenar-benarnya hakekat. Yang bisa hanyalah Alloh SWT
Epistemologi merupakan teori atau metoda pengetahuan yang membicarakan bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan. Epistimologi membahas tentang terjadinya pengetahuan,sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta atau kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya.
Aksiologi mempelajari tentang manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan, menyelidiki hakikat nilai, baik itu berisi nilai etika ataupun estetika. Aksiologi adalah menilai mengenai baik buruknya sesuatu yang dilihat dari etika dan estetikanya. Setiap orang, waktu untuk hakekat baik buruknya berbeda-beda. Misal : Osama tewas, baik buruknya tergantung siapa yang berpendapat dan apa hakekatnya. Metoda yang digunakan dalam aksiologi adalah 1) Menggali hakekat (Tarekat). 2). Tentang pola pikir (Filsafat)
Berikut merupakan aspek filsafat yang memiliki keterkaitan dalam kehidupan sehari-hari :


Ontologi Epistemologi Aksiologi
Ontologi A B C
Epistemologi D E F
Aksiologi G H I

A. Ontologi – Ontologi. Ontologi merupakan teori hakikat, maka ontologi dari ontologi merupakan hakekat dari suatu hakekat. Manusia hanya bisa berusaha mengetahui hakekat, kata-kata kita tidak bisa mengatakan hakekat yang sebenar-benarnya hakekat, kata-kata kita tidak bisa mengatakan hakekat yang sebenar-benarnya hakekat. Yang bisa hanyalah Alloh SWT yang mengetahui hakekat atas hakekat.
B. Ontologi – Epistemologi. Epistemologi adalah teori cara memperoleh ilmu pengetahuan, maka ontologi dari epistemologi merupakan hakekat dari suatu metoda atau cara. Gadamer dalam bukunya “Kebenaran Metoda”, berusaha mengungkap hakekat metoda secara ontologi. Antara ontologi dan epistemologi, keduanya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan kebenaran metoda sendiri merupakan epistemologi – epistemologi.
C. Ontologi – Aksiologi. Aksiologi adalah baik buruknya sesuatu, maka ontologi dari aksiologi merupakan hakekat baik buruk. Contohnya merentang dari obyek material – formal – normatif – spiritual. Ontologinya aksiologi atau hakekat baik buruk akan berbeda masing-masing individu, karena dimensi berfilsafat masing-masing individu pasti berbeda. Manusia juga tidak akan bisa mencapai hakekat baik buruk yang hakiki karena pikirinnya selalu relatif terhadap ruang dan waktu.
D. Epistemologi – Ontologi. Aspek ini merupakan suatu metode untuk menggali atau mencapai hakekat. Dalam filsafat kegiatan ini disebut juga dengan olah fikir. Metode untuk menggali hakekat ini juga dikenal dalam masing-masing ajaran agama, contohnya dalam Islam dikenal dengan istilah “tarekat”, yaitu merupakan kegiatan olah hati dalam hubungannya dengan Tuhan YME.
E. Epistemologi – Epistemologi. Merupakan metoda untuk memperoleh metoda. Seperti judul buku karangan Gadamer “Kebenaran Metoda”, judul tersebut mengandung unsur epistemologi – epistemologi. Kata “kebenaran” mengandung unsur epistemologi dan kata “metoda” mengandung arti epistemologi. Namun untuk dapat mengetahui epistemologinya sebelumnya harus mengetahui hakekat dari epistemologi.
F. Epistemologi – Aksiologi. Merupakan metoda untuk mengungkap baik buruk. Aspek ini mencakup metoda-metoda atau cara-cara yang digunakan untuk menilai secara etika dan estetika segala sesuatu, baik dan buruknya.
G. Aksiologi – Ontologi. Mengenai baik buruknya hakekat atau etika dan estetikanya hakekat. Yaitu etika dan estetika dalam berolah pikir, misalnya ketika berolah pikir mengenai Tuhan sebaiknya dilakukan di tempat ibadah seperti Masjid atau Musola. Ketika bicara mengenai hakekat sesuatu harus disesuaikan segala sesuatunya agar sesuai dengan etika dan estetikanya.
H. Aksiologi – Epistemologi. Mengenai baik buruknya metoda atau etika dan estetikanya metoda atau cara. Misalnya untuk minta uang saku kepada orang tua metoda atau cara yang digunakan harus sesuai dengan etika dan estetikanya, yaitu harus dengan sopan santun sehingga tujuannya untuk mendapatkan uang saku bisa tercapai. Jika suatu metoda yang digunakan tidak memperhatikan aspek etika dan estetikanya maka hasil yang diperoleh juga tidak akan maksimal atau akan sulit untuk mencapai tujuan yang ingin di capai.
I. Aksiologi – Ontologi. Mengenai baik buruknya tentang baik buruk. Yaitu etika dan estetika dalam menilai baik buruknya segala sesuatu. Menilai baik buruknya sesuatu tanpa disertai dengan etika dan estetika mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman yang nantinya akan menimbulkan perbedaan pandangan yang diikuti dengan permusuhan. Seperti yang terjadi saat ini, munculnya teroris yang meresahkan masyarakat mungkin diakibatkan karena penilaian sekelompok orang mengenai baik buruk kaum lain tanpa memperhatikan etika dan estetikanya. Oleh karena itu etika dan estetika memiliki arti yang sangat penting. Begitu juga dalam berfilsafat, kita juga harus sopan dan santun terhadap ruang dan waktu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
 ontologi : tentang yang ada-nya;
 aksiologi : sifat dari yang ada-nya;
 epistemologi : yang menghubungkan antara onto dan aksio. Mengetahui hakekat metoda
Mitos tidak selalu akan bernilai buruk
Ada kalanya dimana mitos itu memang diperlukan. Mitos mengenai pohon atau bangunan yang dihuni oleh makhluk gaib itu termasuk mitos yang tidak baik. Tapi belum tentu mitos itu tidak baik contohnya ketika mengajarkan segala sesuatu kepada anak kecil yang belum tahu apa-apa. Maka apa yang kita ajarkan itu juga termasuk mitos. Tapi itu tidak berlaku lagi pada orang dewasa yang sudah mengetahui ilmunya.
Dengan adanya mitos akan sangat membantu manusia dalam berbagai hal. Sebelum manusia mengetahui atau mencapai ilmunya maka mitos-mitos tersebut dianggap sebagai ilmu namun setelah manusia mengetahui atau mencapai ilmunya maka mitos-mitos tersebut dianggap sebagai mitos yang merupakan musuh dari logos atau ilmu.

Aspek Spiritual, Normatif, Formal, dan Material (SNFM)
Berawal dari hal yang paling mendasar yaitu Material yang sering kita wujudkan dalam bentuk tindakan. Kemudian satu ttingkat keatas adalah aspek formal atau bisa kita sebut dengan tulisan. Satu tingkat diatasnya terdapat aspek normative, yang biasa kita sebut dengan pola pikir (pikiran kita). Dan kemudian aspek yang paling utama yaitu spiritual yaitu doa.
Referensi:
http://arizalf.blogspot.com/2011/04/hubungan-ontologi-aksiologi.html

Rabu, 04 Mei 2011

ALL ABOUTH PHILOSOPHY

1. Tema hantu di kelas RSBI?
Jawab : Tulisan, kata-kata dan tindakan adalah doa. Tergantung pada level apa kita memikirkannya(kapan dan dimana). “Hantu”, jika kita berpikir baik maka baiklah, dan jika kita berpikir buruk maka buruklah, hal tersebut merupakan musibah.
2. Obyek formal dan obyek material?
Jawab : Obyek formal = wadah, metoda. Matematika research. Obyek material (content) = isi. Tapi wadah jg bisa sebagai isi. Obyek formal matematik= research, object material = objek matematika
3. Apakah kita bebas berfikir kalau dengan referensi?
Jawab : Ya, tapi pada dasarnya kita bebas berfikir namun terkenndala oleh referensi, hidup berdasarkan teori dan pikiran. Menerjemahkan dan diterjemahkan tentang teori dan praktek . Referensi berupa tesis(teori) dan antithesis (pikiran).
4. Aplikasi apa setelah mempelajari filsafat?
Jawab : Meliputi yang ada dan yang mungkin ada.
5. Manfaat/ pengaruh pendidikan karakter untuk pendidikan di Indonesia?
Jawab : Karakter : oleh siapa dan untuk siapa.
6. Pendapat tentang UN!
Jawab : Pemerintah : ketidakkonsistenan akan kebijakan.
7. Kemungkinan apa yang kita pikirkan akan menjadi kenyataan?
Jawab : Berpikir tenang, diekstensikan, terang dalam hati, terang dalam material. Ontologi atau hakekat dalam berpikir. Berfikir paling tinggi adalah ketika mengambil keputusan. Setinggi-setingginya berpikir adalah refleksi diri dalam mengambil keputusan. Tenang dalam hati adalah ketika kita merasa tidak ada jarak antara aku dengan Sang Pencipta. Eksperimen berpikir adalah mentransformir keadaan. Intuisi adalah pengalaman. Cerah berdasarkan pengalaman adalah korespondensi. Cerah dating tiba-tiba adalah intuisi.
8. Kesadaran Vertikal ?
Jawab : Intuisi adalah pengalaman. Kemungkinan apa yang kita pikirkan akan menjadi kenyataan kaitannya dengan intuisi( ada logika, justifikasi, dll). Kebenaran dengan logika adalah koherensi. Cerah datang sekonyong-konyong adalah ilham, intuisi. Cerah berdasar pengalaman adalah korespondensi
9. Apa sebenarnya imajiner itu ?
Jawab : Kecuali tidur, kita tidak terbebas dari imajiner. Perjalan imajiner adalah melaporkan apa yang pernah kita bayangkan.
10. Mana yang lebih dulu “ada” atau “yang mungkin ada”?
Jawab : Tergantung apa yang kita pikirkan terlebih dahulu.
11. Apa itu Comensurable ?
Jawab : Comensurable adalah mengukur dengan ukuran yang sam atau adil, balanced. Lawan dari commensurable adalah incommensurable.
12. Pengaruh Hilbert di dalam matematika di Indonesia?
Jawab : Hilbert berhasil membangun system matematika yang modern, yang dipakai sampai sekarang.
13. Bagaimana mengimplementasikan filsafat matematika murni dalam dunia pendidikan matematika ?
Jawab : memiliki manfaat : mengetahui kualitas secara bertingkat-tingkat. Contoh : kualitas 1: penampakan luar, kualitas 2: perasaan, kualitas ke- n: metafisik.